Kamu, aku bertemu denganmu.
Badan tinggi menjulang, otot-otot
biru di kulitnya menambah aksen di badannya, mata yang tegas memancarkan
keyakinan, alis tebal, hidung mancung dan berukuran berlebih yang hampir
menjadi fokus utama di wajah, serta kumis dan jambang yang menghiasi
kedewasaan.
Kita saling menatapkan pandangan,
bibir kita saling berucap nama, tangan kita bersentuhan saling menjabat. Pria
di depanku ini sempat membuat tubuhku pucat dingin, tak dapat melontarkan
kata-kata, hanya kekagumanku yang mungkin tampak bodoh. Pria yang mampu mengundang
kebencian banyak perempuan padaku saat aku mendekatinya. Iya, karena mereka
juga menaruh hati yang sama sepertiku.
Kamu yang menurutku memiliki
sesuatu yang aku butuhkan. Kamu yang seandainya kamu tau, semua yang ada pada
dirimu, itu kriteria yang aku inginkan, kecuali kekuranganmu. Tapi itu bukan
masalah bagiku, ketika aku menemukanmu, lalu kemudian aku jatuh hati padamu dan
saat itu pula aku menerimamu seutuhnya. Aku kira seperti ada yang berantakan
tapi tak terpedulikan olehku.
Aku bersyukur bisa memilikimu
kali ini, seperti menang dari sekian banyak perempuan di sekitarmu. Kamu yang
periang. Kamu yang tampan. Kamu yang selalu bisa menenangkanku. Kamu yang
selalu menjadi penasehat terbaik saat aku kacau. Kamu yang selalu menggoreskan
senyum di wajahku. Kamu yang berani. Kamu yang memberiku semangat saat aku
lemah. Kamu yang selalu aku ingat saat malam-malam menjelang tidurku. Kamu yang
tetap membanggakan aku ketika semua orang mencemoohku. Kamu yang selalu
menghargai setiap perjuanganku. Kamu yang setia menerima kejahilanku, candaanku
dan semua cerita tak pentingku. Kamu yang mampu tetap tersenyum ketika tangisku
pecah didepanmu. Dan kamu yang selalu aku sebut dalam perbincanganku dengan
Tuhan. Entahlah, aku selalu merasa genap karenamu.
Ah, bisa saja aku ini bicara
tentang semua kelebihanmu dengan gamblangnya, sampai aku lupa kalau aku punya
banyak kekurangan, aku sampai tak menyadari hal itu. Tapi kamu menerimaku
begitu saja? Aku jadi takut sombong. Tapi sekali lagi, beruntunglah aku, kamu
selalu mencegahku dari ketidakbaikan. Aku mendapat banyak sekali pelajaran
darimu –tentang hidup.
Aku dan kamu bukanlah manusia
yang sempurna, aku punya kelebihan yang menjadi kekuranganmu. Begitu juga dengan
kekuranganku yang menjadi kelebihanmu. Kita saling dipertemukan oleh Tuhan,
untuk saling melengkapi.
Aku kira Tuhan akan lebih lama
lagi mempertemukan dengan beberapa pria yang buruk sebelum bertemu dengan pria
yang baik. Tapi perkiraanku salah, Tuhan telah mempertemukanku denganmu, pria
terbaik.
Terima kasih, sahabatku.
Akankah kamu yang menjadi jodohku(?).
-sahabat yang mencintai dalam diam-
ah blognya bikin galau.. :)
BalasHapusjangan galau kak! kudu tetep semangat :D
Hapusmakasi sudah berkunjung..
akan
BalasHapushahahaha
Hapusmakasi kaak :))))
dan aku pun terharu, Tuhan pertemukanlah dia denganku, eh :D
BalasHapusamin~ hahaha :D
Hapusmakasi kak sudah berkunjung, sering-sering yaa.
Jadi judulnya Sahabat jadi Cinta nih ?
BalasHapusCieeee...
hahahaha banyak nih yang kejadian gini :D
Hapusmakasi kak sudah berkunjung.
aaaak jadi terharu bacanya :)
BalasHapuskeren ceritanya :)
iyaa kak aku juga terharu yang nulis, ini ceritanyaa siapa ya? :(
Hapushahaha
makasi kakk :D
Jangan galau jangan galau huhuhu
BalasHapuskalo galau minum obat batuk kak :|
Hapushaha
makasi kak sudah berkunjung :)