Kepada pagi
Kepada dingin
Kepada gigil yang memeluk tubuh
Semoga sinar tak perlu malu untuk
tampak
Membasuh rindu pada hangat
Pagi yang gila, menumpukkan
rencana yang maha di setiap harinya. Angin dingin menerpa muka membelai bersih
tanpa cela. Ada sekelebat ingat saat pertemuan dengan pria tampan, yang mampu
menghangatkan. Pria itu mulai dari sekarang akan aku sebut sebagai: kamu.
Aku masih duduk di sudut yang
sama, dipinggir kasur memegang secangkir kopi yang sudah mulai berkurang
setengahnya. Aku menatap jendela kamar dengan seksama, menghitung berapa tetes air jatuh yang sebenarnya tak terhitung jumlahnya, seirama dengan bulir rasa di hati yang mulai
bergejolak dan memberontak. Hati yang bercerita tentang kejatuh cinta-an padamu
yang mulai tampak.
Ini
tentang hatiku yang mulai menggilai setiap bahagia yang kau bawa, lalu meresap
ke seluruh tubuh seperti tinta.
Ini
tentang hatiku yang bangun dari mati, berpendar ketika kau dekati. Merangkul
luka yang sebelumnya aku pikir tak akan terobati.
Ini
tentang hatiku yang sibuk menata jantung yang berdebar. Ada rasa yang bergetar
dan tak mau kalah dengan sakit yang mulai longgar.
Ini
tentang hatiku yang mulai kelimpungan menghadapi gejolak perasaan. Memaksa diri
sendiri meruntuhkan benteng pertahanan. Menimbang-menimbang besar kecilnya
kesakitan yang akan ditimbulkan dari sebuah kedatangan.
Dan,
Ini masih tentang hatiku, yang mulai menggigil saat tau tentang hatimu.
Nyatanya,
hatiku terabaikan pada kesempatan yang pertama oleh: kamu.
Kamu!
Laki-laki
bertubuh tinggi dan berparas tampan.
Kamu!
Laki-laki
pecinta tulisan.
Kamu!
Laki-laki
pemerhati pakaian.
Datang
dan memaksa tinggal kemudian tanggal. Membawa pergi setiap bahagia dan
menyisakan tinta racun yang telah menyebar dengan gila. Mengkoyak peristirahatan
dari rasa suka, kemudian menyulut api di dalam tungku hati dan membakar luka. Mencoba
menusuk dada agar jantungku tak lagi berdebar, melubangkan luka agar semakin
besar. Membiarkanku mabuk dan tak sadar perlahan-lahan mulai membunuh diri
sendiri, sementara kau tau bahwa aku pasti mati walaupun tanpa belati.
Jadi,
haruskah aku memang berada dalam satu waktu, ketika aku mencintai sekaligus
membenci: kamu.
Tepuk tangan takzim untuk miss galau :)
BalasHapusHaha terima kasih, kamu yang selalu mengikuti alur ceritaku :)))
Hapusbener bener pantas dijuluki miss galau, tulisannya bagus :))
BalasHapusGalaunya nempel banget nih di punggung, kayak sayap. Hahaha
HapusTerima kasih yaa sudah berkunjung, sering-sering yak :))
hehehehe galauwer :))
BalasHapussalam
cara membuat website sendiri
cara membuat website
website tutorial
belajar membuat website
belajar membuat web