Seharusnya
aku memahami, Ibu bukanlah seperti dulu, bukan lagi wanita yang kuat untuk
menggendongku sendirian, bukan lagi wanita yang mengantarkanku ke sekolah
dengan harapan. Selayaknya orang tau, Ibu sudah terlihat renta untuk
melakukan hal-hal itu. Saat itulah waktunya aku yang bersabar, menggendongnya saat sakit dan mengantarkannya ke dokter dengan harapan kesembuhannya.
Seharusnya
aku memahami, saat Ibu tak lagi bisa mengambil sarapannya sendiri, tak lagi
bisa berdiri tanpa bantuan, tak lagi bisa mengingat bagaimana cara menghidupkan
televisi. Saat itulah aku mengingat, bagaimana ibu menyuapiku. Memberi sorakan
gembira saat aku pertama kali bisa melangkahkan kakiku tanpa ibu memegang kedua
tanganku. Dan menuliskan cara-cara menghidupkan televisi sendiri, agar aku bisa
menonton televisi kapanpun.
Seharusnya
aku memahami, saat Ibu sudah tak mengingat lagi dimana letak kacamatanya yang
baru saja Ibu pakai dan Ibu mulai mengulang-ngulang kata yang sama yang
menurutku membosankan. Saat itulah harusnya aku bersabar mengingatkannya dan
mendengarkan kata-katanya tanpa membentaknya. Seperti di masa kecilku, Ibu selalu
mematikan lampu kamarku saat aku lupa mematikannya sendiri, tak pernah lelah
mengulang-ngulang cerita dongeng yang sama yang mungkin membosankan dan
menungguku sampai aku terbuai dalam mimpi.
Seharusnya
aku memahami, saat ibu tak mengenal teknologi, tak tau bagaimana caranya
menggunakan internet dan tak tau bagaimana menggunakan handphone yang terlalu
banyak media sosial. Seharusnya aku tak menertawakannya. Dulu, ketika aku tak
tau apa-apa, Ibu selalu menjawab setiap pertanyaan tak pentingku, dengan sabar
menjelaskan satu persatu apapun yang aku tanyakan. Meskipun itu hanya
pertanyaan konyol “Ibu, kenapa ikan minum air terus, apa ikan itu tidak merasa
kenyang?”.
Seharusnya
aku memahami, Ibu tak lagi bisa berlari dengan kencang saat aku berteriak
kesakitan, tak lagi bisa menjemputku saat hujan ketika aku lupa membawa payung,
kedua kakinya terlalu lemah untuk melakukan hal itu sekarang. Saat itulah
seharusnya aku mengulurkan tanganku yang masih muda dan kuat untuk memapahnya
berjalan. Sama seperti dulu, saat aku masih bayi mungil yang duduk sendiri saja
tak bisa, lalu aku ditolongnya, Ibu.
Seharusnya
aku memahami, Ibu tak lagi bisa mengingat setiap pembicaraan kita beberapa hari
yang lalu, melupakannya begitu saja. Itu terasa menjengkelkan bagiku, harus
berbicara berkali-kali dengan topik yang sama. Tapi saat itu seharusnya aku
mengerti, seharusnya aku memberikan sedikit waktu untuk ibu mengingatnya. Mungkin
saat itu topik pembicaraanku bukanlah yang terpenting baginya, mungkin ibu
hanya ingin berada di sampingku dan menjadi pendengar yang baik. Memelukku saat
terlihat air mata jatuh dari sudut mataku. Mungkin menurutnya, pelukan adalah
jawaban terbaik untuk setiap pembicaraanku.
Seharusnya
aku memahami, ada banyak keriput di wajah cantiknya sekarang, seperti
menggambarkan betapa banyak masalah yang dihadapinya, mengukirnya satu-persatu
dan menunjukkannya padaku bahwa dengan ukiran masalah itu, dia masih bisa
tersenyum.
Seharusnya
aku memahami, seharusnya aku memaklumi, seharusnya aku mendukungnya. Seperti yang
ibu lakukan kepadaku, saat aku belajar mengenal kehidupan. Ibu menuntunku
menjalani kehidupan agar aku tak kesepian dan kebingungan.
Terimakasih
ibu, meskipun terlalu banyak dusta dan dosa dalam diriku, senyummu tetap menandakan
rasa syukurmu memilikiku. Aku tau, di dalam senyummu, tertanam kasih sayang
yang tak terhingga padaku. Banyak tersimpan harapan, agar aku menjadi manusia
yang baik, sepertimu, yang bisa dituliskan dalam hati orang lain.
Sekarang
aku percaya, ada bidadari surga yang Tuhan perlihatkan padaku sebelum matiku.
teruntuk mama
selamat hari ibu :)
jadi pengen meluk IBU :")
BalasHapusibu nomer satu pokoknya :")
Hapusmakasi kak sudah berkunjung, sering sering yaa.
gue baru sadar kalo ini hari ibu.. aduuhh-_-
BalasHapushari ibu itu kapan aja kok kak :)
Hapusselalu sayangin ibu aja pokoknya.
makasi kak sudah berkunjung, sering-sering yaa.
dalem banget kak :")) keren
BalasHapusmengahayati soalnya kak :")
Hapusmakasi sudah berkunjung, sering-sering yaa.
nah itulah ibu :)
BalasHapusiyaa kak, ibu selalu tulus :"""")
HapusIni tulisannya super :')
BalasHapusWajib di share nih :')
wahahaa makasi kak :D
Hapusmonggo-monggo aja di share.
makasih sudah berkunjung, sering-sering yaa :3