Rabu, 14 Agustus 2013

Setiap rasa sayang tak akan bisa dipaksakan.


Rasa yang datang ketika kamu menawarkan segala keseriusan. Kita bertemu lewat pesan singkat, menyapaku dengan kata-katamu yang tak pernah aku tau maksutmu. Kita tak pernah merencanakan sebuah pertemuan, tapi aku tau, kita harus bertemu. Bertemu untuk saling mengagumi satu sama lain.
Begitu bergejolak hati ini, kamu berkata untuk menemuiku. Aku menerima ajakanmu, menunggumu di teras, untuk saling berkenalan lebih dekat. Aku telah bertemu denganmu, melihatmu aku bisa tau rasanya tersenyum. Ceritamu yang begitu runtut membuatku semakin ingin mengenalmu. Sebelumnya tak pernah aku melihat sosok sepertimu, pencerita dan pembuat perasaan terasa nyaman. Apakah kamu tau ? aku mulai sadar, aku memiliki perasaan padamu, tampan. Entah denganmu, dari sikapmu aku menganggap semuanya ini normal, kita terlampau dekat, kita bertemu dan saling memiliki rasa. Aku menikmati setiap waktu kita.
Setiap pertemuan pasti berujung perpisahan. Hari itu, tak ingin sekalipun aku mengakhiri waktuku bersamamu, tapi aku sadar, kita bukan apa-apa dan aku bukan siapa-siapamu. Senyummu dan perkataanmu yang kau lontarkan padaku “Kamu hati-hati ya, jaga diri baik-baik. Kalau butuh apa-apa, hubungi saja aku, kakakmu”.
“Kakakmu” ? aku tak pernah ingin mendengar kata itu. Aku memang bukan bagian dari kamu sekarang, tapi apakah kamu tau ? lebih baik aku kau anggap temanmu yang suatu saat nanti akan menjadi teman hidupmu, daripada harus kau anggap sebagai adikmu.
Ada apa, kenapa dan siapa yang harus disalahkan sekarang ? Apakah aku terlalu kecil untuk menjadi kekasihmu ? Tidakkah kamu tau aku mengaharapkan lebih dari sekedar perasaan adik-kakak ? Semoga pikiranku ini semua salah. Tapi mungkin saja benar, hari berikutnya, kenapa kamu terus memanggilku dengan panggilan “Dik”.
Padahal sebelum aku mengenalmu, aku bertanya pada banyak orang tentangmu. Mereka bilang jangan aku teruskan perkenalan ini, tapi aku yakin kamu adalah spesial. Memang benar spesial mungkin dan ke-spesial-anmu itu tidak untukku yang biasa saja.
Setiap hari perhatianmu mengalir untukku, tapi it uterus membuatku merasa sesak. Kamu bercerita tentang hidupmu, keluargamu, sahabatmu bahkan keseharianmu. Tapi aku tau, aku hanya adikmu, bukan lebih. Sampai aku menemukan ceritamu, cerita tentang orang lain yang mampu merebut hatimu. Teganya kamu menceritakan itu padaku ? Apakah kamu tak tau perasaanku sebenarnya padamu ?. Lalu, perhatianku, pengorbananku dan semuanya tak sedikitpun yang kamu mengerti. Aku lupa, kamu laki-laki, yang tak peka atas perasaan wanita.
Aku terus mendapatkan kabar darimu, kabar tentangmu, tapi tentangmu bersama yang lain. Aku ingin berteriak dan menangis. Tapi untuk apa ? tak akan kau dengarkan. Aku hanya teman dekatmu yang kau anggap sebagai adikmu.
Aku tau setiap rasa sayang tak akan bisa dipaksakan. Aku merelakanmu, aku bahagia atas bahagiamu, tapi itu terlalu munafik. Semoga kamu bahagia “kakak”. Biarkan perasaanku terpendam, terpendam kedinginan sendirian tanpa pelukan dan tanpa raihan tanganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar