Kamis, 15 Agustus 2013

Maaf, mengecewakanmu.


Mengagumi laki-laki yang selalu bersamaku adalah kebiasaanku. Membiarkannya bahagia atas tingkah laku kita sehari-harinya. Iya, laki-laki itu pacarku. Dan setiap pasangan pasti menginginkan kisahnya menjadi masa depan. Tapi berbeda, yang tanpa aku sadari, aku masih mengingat masa laluku, masa lalu yang sebenarnya kelam tapi menyisakan ceceran kenangan yang kadang susah untuk dilupakan.
Tingkahku berbeda ketika aku mengingat sosok masa laluku, haus akan perhatiannya dan menginginkan jemarinya yang masih teringat di pikiranku. Sampai aku tau, tak akan bisa aku membohongi lelakiku tentang rasa yang seharusnya tak aku tunjukkan lagi.
Saling bercengkerama adalah hal biasa yang kita lakukan. Menceritakan sesuatu yang dianggap biasa, menjadi luar biasa ketika kita bicarakan berdua. Menanyakan keadaan walaupun setiap saat kita saling memperhatikan.
“Jadi, ada apa denganmu ?” tanyanya mengejutkan disela-sela perbincangan bodoh kita.
“Ada apa ?” jawabku tertegun dengan tatapan kagumku yang berubah menjadi tatapan terancam.
“Aku mengenalmu melebihi siapapun. Dan kamu tau tulusnya aku. Aku pasti tau sedikit saja perubahanmu”. Lirih pernyataan itu, dengan matanya yang tajam dan parasnya yang tampan, tak lagi menunjukkan ketegasannya. Hanya kekhawatiran di raut wajahnya.
Aku tertegun, melihatnya aku malu. Aku tau tak akan bisa aku berbohong, karena kebohongan tak akan bisa selamanya disembunyikan. “Maafkan aku, masa lalu yang telah aku hindari, serasa memaksa untuk tak dihindari. Aku merindukannya”.
“Apa yang kamu lakukan dibelakangku ? Apa sudah tidak ada logikamu. Cinta yang tak lagi mempertahankanmu, masih saja kamu penjarakan di pikiranmu ?”
Aku ingat aku hanya wanita. Aku tak bisa menjawab semuanya dengan tegas ketika aku memang salah. Aku meneteskan air mata. Air mata yang harus aku keluarkan memang, untuk laki-laki yang telah aku khianati ini.
“Taukah kamu, sayang ? Orang itu tak lagi pantas ada di pikiranmu. Kalau boleh aku berkata padamu, aku juga pernah berfikir tentang masa laluku. Semua orang tau, masa laluku, wanita itu terlihat sempurna. Tak ada lelaki yang mampu menolaknya. Tapi aku lebih bisa menghargai takdir. Aku memilikimu sekarang, sosok yang aku perjuangkan, karena aku tau ketulusan rasamu ke aku melebihi masa laluku sendiri”, menegaskan dia kepadaku, mengusap wajahnya yang tampan dengan tangannya, menandakan kekecewaannya kepadaku.
“Maafkan aku, maaf aku hanya bisa mengecewakanmu” terisak aku dalam tangisku.
“Aku tau aku tak sempurna. Tapi paling tidak kita bisa saling melengkapi. Kita adalah satu, tidak mungkin memperjuangkan hanya setengah” emosinya mereda dengan mata teduhnya mencoba menenangkanku.
“Kita jalani sama-sama, ketulusan yang bisa mengalahkan semuanya”. “Aku janji, kamu akan bahagia bersamaku”. “Aku tak perlu ada orang lain di hidup kita, hanya aku dan kamu”.
Kalimatnya membuat aku sadar, tersenyum lebar. Ada sosok yang selama ini menyayangiku dengan tulus, tak ingin menyakitiku. Bagaimana bisa aku tak melihat itu ? Ah, mungkin karena aku tak pernah ada niat untuk menghilangkan masa laluku.
Aku memang harus mencoba. Mencoba mencintai orang yang mencintaiku, sebelum aku kehilangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar