Aku yang tak sempurna, aku yang tak bisa menonjolkan apapun dari diriku. Aku bertemu denganmu, pria yang mungkin bisa menarik banyak wanita, ketaatanmu kepada Tuhanmu, tampanmu, dewasamu dan baikmu. Bukan masalah aku atau kamu yang menerima apa adanya dan bukan masalah umur yang berbeda tigabelas bulan. Tak peduli masa lalumu, tak peduli bagaimana hidupmu sebelum denganku, karena aku tau, itu yang membentukmu menjadi seperti sekarang.
Rasa nyaman, telah berhasil kamu ciptakan dengan tulus, tuan.
Tatapan matamu saat bertemu dengan mataku, teduh :) mengatakan tanpa berkata bahwa aku yang terpilih untukmu. Berbagi apapun yang seharusnya kau simpan, bukan lagi senyuman yang ada, tapi tawa lepas itu yang kau tampakkan. Semuanya terasa istimewa, tuan.
Iya, karena sekarang aku dan kamu telah menjadi kita. Tidak lagi tersekat. Pantaskah aku menyebut ini cinta, tuan? atau terlalu lucu untuk seumuran kita?
Mampukah kita tetap bersama, membagi setengah nasi di piringku dan memindahkannya di piringmu, kamu selalu tau, aku butuh kamu untuk menghabiskan satu porsi makananku.
Mampukah kita tetap bersama, terjaga bersama menunggu dinginnya segelas kopi di cafe itu. Kita selalu tau kesukaan masing-masing, aku segelas capuccino dan kamu segelas teh susu hangat.
Mampukah kita tetap bersama, menunggangi motor tangguhmu berkeliling jalan hanya untuk memperpanjang waktumu denganku. Nyamankah kamu dengan dekapanku dari balik punggungmu?
Mampukah kita tetap bersama, memberi senyuman terindahmu disaat aku lelah, disaat aku bilang aku tak mampu, disaat itu kamu selalu mengingatkanku bahwa aku adalah wanita terhebat yang telah kau temui.
Mampukah kita tetap bersama, ketika kita tak saling bertemu, ketika jarak telah mampu membuat rindu ini lebih kuat dari biasanya, ketika kita mencari cita-cita masing-masing, ketika mimpi telah terwujud dan ketika semua telah berujung.
Aku tak ingin bertanya kapan kau akan memberi kepastian atas kisah kita. Aku juga tak ingin memberimu batas atas perasaan kita. Berharap selamanya, tanpa ada pertanyaan mampukah kita lagi. Aku tau keseriusanmu, jangan kecewakan aku, tuan. Karena sakit itu sungguh menyiksa. Dan aku tak mau kita merasakan siksa.
Cukup tepati janjimu, tuan. Aku percayakan padamu, jadilah ayah dari anak-anakku kelak :')