Angan
seakan ramai menyeruak kemasa yang lampau. Tatapan matamu yang pertama tak
menyilaukanku, aku tak merasakan getar cinta yang begitu hebat seperti
sekarang. Ada atau tidaknya kamu, tak akan berpengaruh untukku waktu itu. Kau
hadir sebagai pria yang aku anggap biasa saja, yang memang lalu lalang di
deretan cerita kisah hidupku. Aku tidak jatuh cinta. Dan maaf ya sayang, jujur
sekali aku.
Tapi,
taukah kau sayang? waktu memiliki magis yang begitu logis. Cinta justru tumbuh
dan berkelakar di seluruh tubuh. Hadirmu mulai membuatku candu, aku tak mampu
mengungkiri perasaanku. Dan seperti yang kau tau kali ini, aku jatuh cinta, dengan
sangat.
Kau
memberi cinta yang teramat istimewa dengan cara yang sederhana. Memilikimu
adalah kebahagiaan yang tak mampu aku tuturkan. Mungkin kau adalah jawaban
doaku yang Tuhan berikan.
Seringkali
kesalku melonjak akan tingkah jahilmu, namun rindu malah menjadi setelahnya tak
terkendali. Sayang, bisakah kita menjadi satu saja? Biar rindu bisa tertata.
Karena kau adalah rumah yang selalu membuatku merasa betah, aku tak ingin pergi
jauh meski itu kau yang menyuruh.
Seperempat
abad sudah kau memiliki tahun. Bukan lagi laki-laki lucu yang pertama aku
kenal, bukan lagi laki-laki yang selalu menghiburku walupun kadang aku tak
terhibur. Kau telah menjadi seorang pria, sayang. Bahumu telah menjelma sebagai
sandaran kuat saat aku ingin pulang. Dewasamu pun membuatku percaya, bahwa kau
adalah pria yang pantas aku puja.
Tenang
saja, akan selalu ada cinta dariku yang begitu banyak kepadamu, karena Tuhan
menugaskanku untuk hal itu.
Selamat
Ulang Tahun, Sayang. Pria penyabarku, cepat genggam mimpimu dalam kenyataanmu
ya (:
Teruntuk pria pemakai
sendal.
Dari perempuan kecilmu,
yang selalu kau panggil ganjen.