Jumat, 18 September 2015

Seperempat Abad, Kamu.



Angan seakan ramai menyeruak kemasa yang lampau. Tatapan matamu yang pertama tak menyilaukanku, aku tak merasakan getar cinta yang begitu hebat seperti sekarang. Ada atau tidaknya kamu, tak akan berpengaruh untukku waktu itu. Kau hadir sebagai pria yang aku anggap biasa saja, yang memang lalu lalang di deretan cerita kisah hidupku. Aku tidak jatuh cinta. Dan maaf ya sayang, jujur sekali aku.

Tapi, taukah kau sayang? waktu memiliki magis yang begitu logis. Cinta justru tumbuh dan berkelakar di seluruh tubuh. Hadirmu mulai membuatku candu, aku tak mampu mengungkiri perasaanku. Dan seperti yang kau tau kali ini, aku jatuh cinta, dengan sangat.

Kau memberi cinta yang teramat istimewa dengan cara yang sederhana. Memilikimu adalah kebahagiaan yang tak mampu aku tuturkan. Mungkin kau adalah jawaban doaku yang Tuhan berikan.

Seringkali kesalku melonjak akan tingkah jahilmu, namun rindu malah menjadi setelahnya tak terkendali. Sayang, bisakah kita menjadi satu saja? Biar rindu bisa tertata. Karena kau adalah rumah yang selalu membuatku merasa betah, aku tak ingin pergi jauh meski itu kau yang menyuruh.

Seperempat abad sudah kau memiliki tahun. Bukan lagi laki-laki lucu yang pertama aku kenal, bukan lagi laki-laki yang selalu menghiburku walupun kadang aku tak terhibur. Kau telah menjadi seorang pria, sayang. Bahumu telah menjelma sebagai sandaran kuat saat aku ingin pulang. Dewasamu pun membuatku percaya, bahwa kau adalah pria yang pantas aku puja. 

Tenang saja, akan selalu ada cinta dariku yang begitu banyak kepadamu, karena Tuhan menugaskanku untuk hal itu.

Selamat Ulang Tahun, Sayang. Pria penyabarku, cepat genggam mimpimu dalam kenyataanmu ya (:


Teruntuk pria pemakai sendal.

Dari perempuan kecilmu, yang selalu kau panggil ganjen.