Minggu, 12 Juli 2015

Kerinduan.

Untuk kamu yang sedang menahan rindu di saku.

Aku masih menatap langit yang sama, duduk terpana menyilangkan tangan di dada. Sunyi telah meraung memenuhi malam. Hening. Sepi. Tak ada yang mampu membuat gaduh. Kecuali rindu yang sedari tadi telah aku rasakan sebagai candu. Melebur bersama udara yang menyebar liar.

Saat terakhir kali bertemu, mungkin rindumu belum usai dan mungkin tak akan selesai. Maaf jika selalu membuatmu kalut akan telatnya datangnya kabar, sampai membuatmu gusar. Aku sedang sibuk, sayang. Aku sibuk menata rindu yang mulai berceceran, tak cukup wadahku untuk menahan. Kau tahu? Aku selalu memikirkan bagaimana reaksimu ketika nanti bertemu aku lagi setelah sekian lama berjarak dan terpisah. Kamu selalu saja menjejaliku dengan kecupan-kecupan lucu di ujung telfon dan chatmu, apa memang nantinya kamu akan melakukan kecupan genitmu di keningku atau hanya akan sekedar cengar-cengir karena telah berhasil membuatku rindu? Haha itu terserah padamu. Anggap saja ini sebuah permainan rindu dan aku adalah yang rela disebut kalah, rela menerima dekapanmu yang mampu menghilangkan resah.

Dulu, kita pernah menikmati langit malam berdua. Melawan dingin yang diselimutkan pada semesta, dengan lingkaran tanganku tepat memelukmu dari belakang. Sembari diselipkan tawa diantara kita. Saat itu, hatiku merasa luas, bersorak bagai aku yang paling bahagia tak terbatas. Apakah kamu merasakan hal yang sama?

Rasanya aku mulai kalap, sayang, memenuhi seisi ruang pikiranku dengan namamu. Pernah aku mencoba mengabaikan, tapi kenangn justru menyusup tak terkendalikan. Tapi kemudian, senyum wajahmu memang tak mampu aku alihkan. Aku telah tertunduk pada rindu, membiarkannya begitu saja masuk tanpa ragu.

Aku paling pintar berkata-kata sayang, seperti yang kamu bilang. Tapi aku tak pernah berdusta soal rasa. Rindu ini, perasaan ini, aku tak pernah meminta, semuanya datang begitu saja.

Apa kabar, kamu?
Masihkah dingin menutupi semestamu?
Atau hangatnya rindu telah menentramkan hatimu?
Jaga hatimu baik-baik disana.
Aku akan selalu menyayangimu dengan cara yang terbaik walaupun itu terlihat sederhana.

Kecup hangat,

Perempuan kecilmu -yang sering kamu panggil dengan ganjen.