Sabtu, 05 Juli 2014

Perempuan Beruntung Itu, Aku.


Aku pernah sakit hati, remuk sudah. Dikhianati oleh sesorang itu, seperti kalah telak. Sampai akhirnya aku bertemu denganmu, laki-laki dewasa dan bersuara merdu. Laki-laki tampan yang membuat wanita di sekitarmu seakan benci padaku, yang jelas-jelas mampu menyandingmu dengan akrab. Tatapan matamu memberikan degup jantung yang tak biasa, namun nyaman. Mungkin, aku telah merasakan jatuh, iya, jatuh cinta.

Zoe, aku adalah perempuan biasa, aku tak memiliki kelebihan untuk menarik pria-pria di sekitarku. Tapi ketahuilah, aku selalu mampu jujur pada diriku, bahwa aku tulus menjadi pendampingmu.

Zoe, aku adalah pecinta coklat dan eskrim, keduanya mungkin tak baik untuk berat badanku. Tapi seperti yang kamu tau pula, aku adalah salah satu orang yang bisa menjadi alasan untuk di iri oleh perempuan lain, karena badanku tak akan bisa melar walaupun telah banyak makanan yang masuk ke dalam mulutku. Menurutku karena coklat dan es krimlah aku bisa lebih lama memandangmu, setidaknya selalu ada waktu yang kau sediakan untuk menemaniku untuk sekedar duduk makan es krim rasa coklat, walaupun itu terasa membosankan bagimu. Hahaha maaf, Zoe.

Zoe, aku sekarang sedang bekerja, aku adalah Sekretaris Direktur di sebuah perusahaan. Aku tak peduli kenapa jurusanku yang seharusnya berhubungan dengan alam harus terjun ke dunia seperti ini. Aku menikmati pekerjaanku, seperti yang selalu aku ceritakan padamu setiap harinya. Yang aku pedulikan adalah ketika melihatmu cemburu hanya karena waktuku yang sering aku habiskan bekerja di kantor, mengurusi kegiatan Direkturku, dan ekspresimu sangat terlihat tak suka dengan itu.

Aku selalu ingin belajar dalam banyak hal, karena aku tak punya talenta yang banyak sepertimu, kamu pandai sekali bernyayi. Tapi aku suka sekali menulis, Zoe. Mungkin kita bisa bekerja sama saja? Biar aku yang menulis baitnya, kamu yang menyenandungkannya, sepertinya kita bisa menjadi partner yang baik. Aku ingin sekali menjadi penulis, Zoe, setidaknya aku juga bisa memenuhi permintaanmu waktu itu, kamu bilang jika suatu saat kita berjodoh, kamu ingin membagikan buku tulisanku tentang kisah kita pada tamu-tamu yang datang, agar mereka tau kisah kita tak mudah. Bantu aku menuliskan cerita di hidupku ya Zoe, sampai aku tak bisa lagi menulisnya.

Selain itu, aku ingin menjadi peneliti, Zoe. Baiklah, ini mungkin bertolak belakang dengan profesiku sekarang, tapi percayalah aku selalu dan sedang mengejarnya. Nanti kamu harus ikut aku kemana-mana, mengikutiku dan menjadi saksi secara detail di setiap ciptaanku tentang ilmu yang baru. Biar kamu bangga karena memilikiku.

Sepertinya aku tak perlu bertanya lagi tentang bagaimana hidupmu, aku tau semuanya, kamu selalu menceritakannya padaku bukan? Aku senang mendengarnya.

Zoe, aku adalah perempuan pendiam, penakut dan pemalu. Aku tak banyak berinteraksi dengan banyak orang. Tapi aku senang membantu orang lain, Zoe. Seperti membantu menemani hidupmu juga.

Aku juga bukan orang baik, tapi Tuhan memberiku hadiah yang indah, hadiah itu berbentuk kamu. Sepertinya aku ditabok kebahagiaan sama Tuhan.

Zoe, aku tak bisa banyak bercerita padamu, aku rasa kamu sudah sangat mengerti tentangku. Sekarang, tugasmulah menjelaskan pada jarak, biar jarak juga bisa mengerti kita.

Sabarkan aku, seperti sabarmu pada dirimu sendiri.

Aku sayang kamu, Zoe.