Rabu, 12 Februari 2014

Jangan Terluka.

Pernah aku tak menghiraukanmu, aku benci padamu dan aku sumpah serapah padamu, tapi percayalah itu hanya emosiku. Aku sayang kamu, aku menganggapmu lebih dari sekedar bagian dari hidupku.

Sudah banyak yang lalu-lalang, tapi semuanya mungkin hanya bisa mampir minum kopi dan memakan kue seperti hanya saat butuh saja mereka menyapa. Tapi entah kenapa, kamu memilih singgah di hatiku ini lebih lama, menginap dan berharap aku menjadikanmu teman hidupku sampai akhir hidupku.

Tak masalah bagiku, aku sudah mengenal keluargamu. Ayahmu baik, ibumu ramah padaku, kakakmu selalu bisa menghargaiku dan hanya satu di keluargamu yang tertutup denganku, adikmu, mungkin karena dia laki-laki pemalu.

Sudah banyak kebersamaan yang kita lewati memang. Aku yang rela mengorbankan kegembiraanku hanya untuk mendengarkan gelisahmu. Aku yang rela berlari letih hanya untuk menjemputmu. Aku yang rela mempertahankan lapar hanya untuk duduk menyandingkan lengan kita untuk makan bersama. Aku yang rela membelalakkan mataku hanya untuk menunggu balasan pesanmu. Aku yang rela melipat rasa bosanku untuk mendengarkan ceritamu. Aku yang rela memeras otakku untuk sebuah kesuksesanmu. Aku yang rela berbohong pada semua orang, agar mereka menganggapmu hebat.

Tapi aku bahagia melakukan semuanya, berharap suatu saat aku akan mendapatkan kabar kesuksesan tentangmu, walaupun tanpa menyebut namaku.

Kali ini, entah apa yang membuatku berfikir untuk menjauh darimu. Padahal semua orang bilang kita cocok, kenapa kita tak bersama saja selamanya? Ah, tak mungkin, aku telah dengan hidupku dan kamu juga telah dengan hidupmu. Semuanya bukan karena aku membencimu, aku takut kekasihmu tak bisa menerimaku yang selalu mengurusi hidupmu, sudah ada dia, percayakan hidupmu padanya.

Atau mungkin aku yang lebih dulu mengkhianatimu, aku telah bersama dengan pria yang Tuhan kirimkan padaku.

Tenang saja, kekasihku orang yang baik, yang akan tetap menghargaiku jika aku menemuimu, tak seperti kekasihmu itu.

Kamu, Sahabatku.

Sahabatku, perempuan cantik, baik, taat beragama dan selalu menganggapku keluarga, sepertimu, tak akan bisa aku lupa. Aku pasti akan menemuimu, asal kekasihmu itu berhenti mengintrogasimu setiap kamu bertemu dengan orang lain. Semoga aku tak pernah mendapat kabar ketidakbaikan tentangmu.


Karena selamanya, aku tak ingin kamu terluka.